BLORA – Anggota Komisi IX DPR RI, Dr. H. Edy Wuryanto, S.Kp., M.Kep., terus aktif menyosialisasikan program "Bangga Kencana" (Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana) di Blora. Sosialisasi ini menjadi krusial mengingat tantangan bonus demografi yang harus diimbangi dengan pengendalian dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di daerah tersebut.
Penata Kependudukan dan Keluarga Berencana Ahli Pertama BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Evi Nur Hikmawati, S.Si., M.M., menyoroti bahwa bonus demografi, yaitu jumlah usia produktif yang lebih banyak, bisa menjadi berkah atau musibah.
"Jika pendidikan rendah, ekonomi rendah, meski produktif tetap bisa menjadi musibah. Oleh karena itu perlu pengendalian," tegasnya saat memberikan sosialisasi yang bertempat di Balaidesa Bogorejo, Rabu (29/10/2025).
Pengendalian yang dimaksud adalah melalui program Keluarga Berencana (KB) dengan target ideal "2 anak lebih sehat". Capaian di Blora cukup baik, dengan Total Fertility Rate (TFR) sudah mencapai 2,0, yang secara umum menunjukkan rata-rata jumlah anak sudah 2 per keluarga.
Meskipun capaian TFR baik, Blora masih menghadapi tantangan serius, tingginya angka kelahiran remaja usia 15-20 tahun, mencapai sekitar 33 remaja per 1000 kelahiran. Data ini mengindikasikan tingginya pernikahan di bawah umur dan kemungkinan seks pranikah.
Menurut Anton Suwoto, S.Kep.,Ners.,MM. dari Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Blora, pernikahan dini sangat berisiko, terutama dari sisi wanita, karena kemungkinan anak mengalami stunting menjadi tinggi.
Anton Suwoto juga meluruskan pemahaman, bahwa Keluarga Berencana kini tidak hanya sebatas kontrasepsi, melainkan perencanaan keluarga secara menyeluruh.
"Kalau mau berkeluarga kita harus punya planning," ujarnya.
Menyambut tantangan tersebut, Edy Wuryanto menjelaskan tiga kelompok binaan utama dari Kemendukbangga/BKKBN yang difokuskan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dari remaja hingga lansia:
Pertama, BKR (Bina Keluarga Remaja): Ditujukan agar remaja terhindar dari pernikahan dini, seks bebas, dan NAPZA, serta menguatkan fisik dan mental.
Keuda BKB (Bina Keluarga Balita): Memberikan materi penting tentang bagaimana merawat anak sesuai prosedur kesehatan, yang juga berperan vital dalam pencegahan stunting.
Sementara yang ketiga BKL (Bina Keluarga Lansia): Mengingat jumlah lansia yang terus bertambah, program ini bertujuan agar lansia tetap dirawat dengan baik dan bisa hidup berdaya.
"Kita perlu meningkatkan kualitas penduduk. Salah satunya adalah program stunting sehingga generasi yang baru tidak stunting," pungkas Edy Wuryanto.(Agung)